Wisnu adalah salah seorang petinju
muda yang berbakat. Walaupun
ditemukan dijalanan , dia mempunyai
potongan tubuh yang tidak kalah dari
orang yang latihan fitness, dengan
otot – otot yang tertata rapi
diseluruh tubuhnya. Selain kulitnya
yang coklat kemerahan, dia juga
besar. Dengan tubuh yang menjulang
setinggi 180 cm, kesan kuat
terpancar dari wajah tampannya
dimana ketebalan alisnya menambah
kesan dari matanya. Sejak Wisnu,
ditemukan oleh pak Anton, seorang
mantan petinju juga, Wisnu telah
mulai diprogram. Untuk latihan, tidur,
waktu bebas dan bertanding. Namun
itu semua tidak sia-sia, karena sejak
itu prestasi Wisnu meningkat secara
pasti. Tetapi Wisnu selalu diawasi
oleh pak Anton secara ketat, sampai
Wisnu diajak tinggal bersama
keluarga pak Anton dirumahnya.
Suatu hari,Wisnu pergi bersama-
sama dengan teman-teman lamanya
sampai pagi hari. Padahal esoknya
ada sebuah pertandingan
yangberskala nasional. Karena
tubuhnya yang kurang istirahat,
maka Wisnu kalah dalam
pertandingan tersebut. Dengan
langkah pelan, Wisnu berjalan ke
kamar ganti diikuti oleh pak Anton
dan timnya. Begitu mereka mau
masuk ke kamar ganti,pak Anton
mencegah mereka dan menyuruh
mereka pulang terlebih dahulu,
karena ada sesuatu yang hendak
dibicarakan dengan Wisnu. Begitu
mereka pulang dan keadaan mulai
sepi, pak Anton mengunci ruangan
tersebut. Wisnu hanya duduk diam
dan memandangi kearah lantai.
Kamar ganti kecil, yang hanyalah
berupa sebuah kamar dengan lemari
lokerdikedua sisinya dan disisi
satunya ada sebuah pancuran mandi
dengan sebuah tirai sebagai
pembatasnya. Ditenggah kamar
tersebut ada sebuah bangku panjang
dimana Wisnu sedang duduk disana.
Pak Anton berjalan lurus kearah
Wisnu. Ketika sudah berada didepan
Wisnu, tiba-tiba pak Anton
menampar Wisnu dengan keras,
yang membuat Wisnu tak ayal jatuh
dari duduknya. Ketika wisnu
memandang kearah pak Anton
dengan bingung, pak Anton malah
memandang dengan keji pada Wisnu.
Tanpa basa-basi pak Anton hanya
berkata, “Berdiri dan tanggalkan
pakaian kamu!” . Kata-kata tersebut
keluar tanpa emosi dari wajah pak
Anton, yang pada saat itu telah
duduk ditempat Wisnu tadi duduk.
Tatapan mata pak Anton membuat
Wisnu sedikit bergetar.Saat itulah
Wisnu mulai mengamati postur tubuh
pak Anton dengan sebenarnya. Pak
Anton mempunyai potongan badan
hampir serupa dengan Wisnu, karena
tubuh pak Anton lebih pendek dan
kulit yang lebih hitam.Tubuhnya mulai
sedikit mengendor karena usianya
yang mulai memasuki angka 5, tapi
itupun dia masih rajin menjaga
kondisi tubuhnya dengan segala
macam olah raga. Matanya memang
setajam elang dengan hidung yang
besar dan kumis yang bersatu
dengan jambangnya, menambah
kesan sanggarnya. Pertama –tama
Wisnu meletakkan handuknya
dilantai, tanpa mengalihkan
pandangannya dari mata pak Anton,
Wisnu kemudian muali membuka
sepatu dan kaos kakinya. Ketika
Wisnu menurunkna celana
pendeknya, dia melihat suatu bara
dimata pak Anton. Pada saat Wisnu
mau melepaskan celana dalam
coklatnya, pak Anton
menghentikannya dan menyuruhnya
duduk disampingnya. Kemudian pak
Anton yang kini berdiri. Kini pak
Anton yang mulai membuka bajunya.
Dimulai dengan membuka kancing
kemejanya satu-persatu, ketika
sudah terbuka, dia mulai membuka
sepatunya. Kemudian diteruskan
dengan membuka ban pinggangnya
serta celananya, dan membiarkan
celana dalamnya yang masih melekat
pada tubuhnya. Wisnu hanya dapat
menatap lekat-lekat, karena baginya
ini adalah pertama kalinya untuk
melihat tubuh pak Anton sepolos ini
dan karena tidak mengerti maksud
ini semua. Kekaguman Wisnu pada
postur tubuh pak Anton semakin
besar. Pak Anton kemudian
meneruskannya dengan menurunkan
pakaian yang masih tersisa, yaitu
celana dalamnya! Keterkejutan
Wisnu tampak jelas, karena
didepannya kini telah ada sebuah
kontol yang telah berdiri dengan
kencang. Jembutnya yang tebal dan
keriting itu merimbun dari perutnya
sampai ke pangkal batang pelernya.
Sepasang biji kontol yang besar
mengelayut besar, menambah kesan
besar. Dan kedua pahanya pun
ditumbuhi bulu-bulu yang tidak kalah
banyak. Pelernya yang tegak kearah
keatas dan menempel ke perutnya,
tergolong besar dengan kepala yang
jauh lebih besar dari batangnya,
batangnya yang dilingkari oleh urat-
urat hijau, kesan besar itu dilengkapi
dengan warnanya yang coklat
kehitaman. Dengan 2 langkah, pak
Anton sudah berada persis didepan
wajah Wisnu. Ketika Wisnu
berencana mau menjauh, pak Anton
menjambak rambut ikal Wisnu dan
mendudukannya kembali. “Bangsat!”
serunya “Jangan macam-macam
kamu, jangan berani bertingkah apa-
apa lagi!” teriak pak Anton. Kata –
kata makian itu diakhiri dengan
sebuah tamparan keras lagi dipipi
kanan Wisnu. Dengan kekuatannya,
tangan kanan pak Anton membuka
paksa rahang Wisnu. Ketika sudah
terbuka, tangan kirinya yang sudah
menggengam batang pelernya,
memasukannya kedalam mulutnya
dan secara paksa terus menerus
menekannya sampai masuk semua di
mulut Wisnu. Ketika wisnu mau
memundurkan kepalanya dan
meronta untuk melepaskan diri,
dengan cekatan pak Anton menahan
kepala wisnu. Dan desahan pun
keluar dari mulut pak Anton. Dan
ketika wisnu menggunakan kedua
tanggannya untuk mendorong tubuh
pak Anton, tanpa berpikir pak Anton
menamparnya untuk yang ketiga
kalinya. “Bajingan! Jangan banyak
tingkah kamu. Atau kamu aku buang
lagi dijalanan, biar menjadi gembel
kamu!” begitu kata-kata itu selesai
diucapkan, pak Anton mulai memaju
mundurkan kepala Wisnu bagai
sebuah mainan. Dan Wisnu pun
memejamkan matanya untuk
mengalihkan perhatiannya, dimana
dia kini tidak lagi melawan tapi mulai
mengikuti irama gerakan Pak Anton,
agar tidak tersedak karena batang
peler yang keluar masuk
kerongkongannya. Tiba-tiba pak
Anton memajukan kepala Wisnu dan
meraung. Tanpa peringatan, peju
pak Anton mulai mengisi rongga
mulut Wisnu. Belum pulih kekagetan
Wisnu, pak Anton mencabut
pelernya dan menyemprotkan sisa
pejunya kearah muka Wisnu. Begitu
tiada lagi yang keluar, pak Anton
tertawa dengan masih memegang
pelernya ditanggan kirinya dan wajah
Wisnu di tanggan kanannya. Wisnu
memandang kearah wajah pak Anton
yang sedang terpejam. Ketika pak
Anton membuka matanya, Wisnu
sedang mencoba membersihkan
muka dan badannya. Dan ketika
melihat hal tersebut, pak Anton
mencengkram tangan Wisnu dan
menurunkannya. Kemudian pak
Anton perlahan mulai mengelus
wajah Wisnu dengan kedua
tangannya. Kemudian pak Anton
menarik Wisnu berdiri. Ketika
mereka berhadap-hadapan, pak
Anton mulai membelai seluruh tubuh
Wisnu dari dada ke perut Wisnu yang
rata itu. Perlahan Wisnu menutup
matanya dan mendesah kecil. Kini
hanpir seluruh badan Wisnu berbau
peju pak Anton yang merata. Secara
cepat, tiba-tiba pak Anton berada
dibelakang Wisnu dan menenpelkan
tubuhnya dibelakang badan Wisnu.
Wisnu membuka matanya ketika dia
merasakan kontol pak Anton yang
kembali keras itu, mulai digesek-
gesekan disela-sela pantatnya.
Tanpa ragu lagi pak Anton
memegang kontol Wisnu yang masih
berada dicelana dalamnya Kontol
Wisnu telah keras, bahkan celana
dalamnya telah basah oleh air
maninya sendiri. Pak Anton yang
memainkan kontol Wisnu dari balik
celananya, mulai menarik turun
celana dalam tersebut tanpa berkata
apa-apa. Ketika Wisnu berusaha
untuk mencegahnya dan memegang
celana dalamnya sendiri, pak Anton
mulai menjilati dan menghisap leher
Wisnu, yang menghasilkan celana
dalam itu turun dengan sendirinya.
Pak Anton sendiri sering melihat
Wisnu telanjang, namun kini kontol
Wisnu sangat menarik untuk dilihat
dari atas. Meski pendek, tapi sangat
besar lingkarannya ditambah
kepalanya yang bundar. Kontol wisnu
berwarna coklat tua dan kedua
bijinya yang berwarna hitam.
Jembutnya sangat sedikit dan
membentuk secara alami garis lurus
keatas. Selain jembut itu, tidak ada
lagi bulu-bulu lainnya di tubuh Wisnu.
Dengan kuat pak Anton mendorong
tubuh Wisnu ke arah loker. Ketika
Wisnu menahan tubuhnya agar tidak
membentur loker dengan kedua
tanggannya, pak Anton menarik
kedua kaki Wisnu agar terbuka dan
membentuk posisi yang
dikehendakinya. Dengan takut-takut
Wisnu membalikkan wajahnya ke
belakang untuk melihat apa yang
dilakukan oleh pak Anton. Pak Anton
membuka tas dan mengambil salep
yang biasa dipakaikan ke tubuh
Wisnu setelah bertanding. Secara
cepat pak Anton mengoleskan salep
itu ke jari-jarinya, kemudian
mengarahkan jari-jarinya ke daerah
sekitar anus Wisnu secara perlahan-
lahan. Wisnu merasakan tubuhnya
lemas ketika jari-jari pak Anton
mulai bermain-main dengan lubang
pembuangannya. Tiba-tiba dua jari
pak Anton menerobos masuk lubang
anus Wisnu. Spontan Wisnu menjerit
dan menyuruh pak Anton untuk
menghentikannya., tapi pak Anton
terus saja memasukkan jarinya
sampai kepangkalnya. Ketika pada
akhirnya pak Anton menrik kedua
jarinya, Wisnu mendesah penuh
kelegaan. Tapi tanpa
pemberitahuaan, pak Anton kembali
memasukkan sesuatu ke dalam
lubangnya, yang membuat Wisnu
berteriak histeris kesakitan.
Pertam-tama pak Anton
memasukkan kepala kontolnya dan
mendiamkannya ketika Wisnu
menjerit. Kemudian tanpa ragu-ragu
pak Anton langsung memasukkan
kontonya ke lubang anus Wisnu
sampai ke pangkal-pangkalnya.
Wisnu kembali menjerit dan langsung
lemas yang membuatnya dirinya mau
jatuh. Tapi gerakan tangan pak
Anton lebih cepat dan menangkap
pinggang Wisnu sebelum jatuh.
Wisnu masih berteriak ketika
merasakan lubang anusnya yang
terasa robek dibelah oleh kontolpak
Anton yang saat itu dirasakan sangat
besar. Pak Anton masih
membenamkan kontolnya dilubang
dubur Wisnu, sampai Wisnu berhenti
berteriak. Ketika Wisnu sudah
berhenti, dia mulai menarik
kontolnya sampai kepalanya lalu
langsung dihujamkan kembali masuk
lagi sampai Wisnu menjerit kecil.
Untuk mengimbangi pak Anton,
Wisnu menarik nafas ketika pak
Anton menarik kontolnya dan
membuang nafas ketika kontol itu
dihujamkan kembali ke duburnya.
Perasaan sakit itu mulai tergantikan
dengan perasaan nikmat ketika
kontol itu bersarang didalam dirinya.
Jembut pak Anton yang lebat terasa
menggelitik ketika bersentuhan
dengan pantatnya. Dorongan dari pak
Anton ke Wisnu yang menungging
membuat Wisnu harus terus
bertahan dengan kedua tanggannya
pada loker agar tidak jatuh. Tanggan
pak Anton yang masih memegang
pinggang Wisnu, perlahan-lahan
dilepaskan. Bahkan tanggan kanannya mulai merayap ke putting kanan Wisnu.
www.ceritagay.uiwap.comSetelah beberapa saat,
tanggan kanannya mulai merayap ke
kontol Wisnu yang ternyata telah
menegang lagi. Tanpakata-kata lagi,
pak Anton meremas kontol Wisnu
tanpa henti, dan masih terus
memaju mundurkan kontolnya di
lubang Wisnu. Ketika pak Anton
menghentikan remasannya ke kontol
Wisnu, pak Anton kembali
memegang pinggang Wisnu. Denggan
satu hentakan, pak Anton
memasukkan seluruh kontolnya ke
lubang dubur Wisnu sedalam
mungkin. Lalu muncratlah peju pak
Anton kedalam lubang dubur Wisnu
dengan derasnya. Ketika sudah
selesai, pak Anton menjatuhkan
tubuhnya kepunggung Wisnu yang
sedang bernafas dengan kencang.
Tanpa disadari, peju pak Anton mulai
meleleh keluar dan mengalir
menuruni paha Wisnu. Beberapa saat
kemudian pak Anton menarik
kontolnya yang sudah lemas keluar
dan mengakibatkan pejunya mengalir
lebih banyak lagi di paha Wisnu.
Kemudian pak Anton teduduk dilantai
dengan kedua belah kaki yang
terbuka lebar dan menyadarkan
tubuhnya ke bangku panjang. Pada
saat Wisnu membalikkan badannya,
pak Anton sedang memainkan
kontolnya yang merah itu, dan Wisnu
pun jatuh ke lantai dengan tubuh
yang berkeringat dan peju yang
masih menggalir keluar dari lubang
anusnya. Ketika pak Anton
menggangukan kepala, Wisnu
langsung mengocok kontolnya dengan
cepat tanpa mengalihkan matanya
dari mata pak Anton. Tidak beberapa
lama kemudian Wisnu berteriak dan
memuncratkan pejunya sendiri ke
wajahnya dan ke tubuhnya. Ketika
tiada lagi yang keluar, perlahan
Wisnu menjatuhkan tubuhnya ke
lantai sambil masih mempermainkan
kontolnya. Belum sempat Wisnu
memejamkan mata, pak Anton tiba-
tiba sudah berada diatas tubuhnya
dan mulai mencium mulutnya. Pada
saat itulah pak Anton berbisik:
“Kamu sekarang milik saya
sepenuhnya!!!”, dan Wisnu pun hnaya
membuka mulutnya dan membiarkan
lidah pak Anton memasuki mulutnya.